pembiaran

pembiaran

Seperti ketika rasullullah Saw tertawa-tawa menyaksikan aisyah dan saudah saling bertengkar dan saling menimpuk wajah mereka dengan kue. Kita semua belajar tentang sebuah fakta bahwa ternyata cinta memang punya mekanismenya sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.

Pembiaran…yah.. pembiaran….mereka dengan sengaja membiarkan sebagian masalah itu terjadi. Dan tidak memikirkannya. Apalagi menyelesaikannya…karena tidak semua masalah memang harus diselesaikan. Karena memang ada banyak masalah yang selesai karena tidak dipikirkan dan tidak diselesaikan. Persis seperti ketika kita membiarkan seorang bocah kecil menangsi dan tidak menghiraukannya, ia akan berhenti dengan sendirinya. Sebab memang ada ‘ruang pelepasan jiwa’ yang mengharuskan kita “tega” menyaksikannya untuk pelas bebas, sembari menanti dengan cukup “yakin” bahwa ia akan kembali tenang dengan sendirinya. Bahkan misalnya ketika Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa menangis itu bagus untuk kesehatan jantung anak2, sebenarnya menangis juga bagus untuk perempuan, khususnya untuk kehalusan kulit mereka.

Jadi mekanisme pembiaran menuntut adanya keyakinan dan sedikit ketegaan.

Pada tamsil yang lain kita bisa belajar dari mekanisme kerja tubuh yang sehat. Badan sehat menyembuhkan penyakitnya sendiri, khususnya penyakit2 kecil. Selain memiliki imunitas sebagai sistem perlindungan tubuh, badan sehat juga menyelesaikan penyakit2 kecil seperti flu, pilek dan demam melalui istirahat atau tidur yang cukup. Jadi tidak semua penyakit harus dibawa ke dokter. Walau itu tidak harus berarti bahwa bukan karena merasa sehat maka kita merasa tidak memerlukan dokter.

Begitu juga dengan cinta, punya mekanisme pembiaran. Semacam toleransi bahwa masalah2 yang muncul ini bukan suatu bahaya yang mengancam hubungan jangka panjang. Tapi hanya riak-riak yang menghiasi keteduhan laut. Bahkan seringkai masalah2 itu justru menyimpan berkah terselubung. Misalnya cemburu. Seringkali keluar ia dibahasakan dengan tudingan dan tuntutan. Tapi sebenarnya kedalam ia membangun kesadaran instropeksi diri yang lebih baik. Kenapa bisa begitu? Kaqrena cemburu berbaur secara kimiawi denga bahan dasar cinta, dicampur rasa malu, digabung egoisme. Yang keluar cinta juga. Akhirnya. Walaupun mungkin sudah “babak belur” dalam pembahasan.

Jadi semua yang tumbuh dari bibit cinta pada akhirnya akan berbuah cinta juga.

Ujian paling berat bagi pencinta sejati adalah pada keyakinannya terhadap kesejatian cintanya sendiri, dan keyakinannya pada kekuatan cinta untuk terus menerus melahirkan kebajikan-kebajikan. Pembiaran adalah tampak manajerial dari keyakinan itu

No comments: