hakikat Cinta

Hakikat cinta

Banyak orang yang mengartikan cinta sesuai dengan pemahaman dan paradigmanya terhadap sesuatu.

Ada yang bilang cinta adalah sebuah reaksi kimia (itu kata seorang ahli kimia) lalu ada juga yang bilang cinta itu penderitaan kalo orang tersebut lg putus cinta. Lantas ada juga yang bilang bahwa cinta itu seperti saat kita makan sayur lodeh tanpa santan…walah gimane rasanye?bukan sayur lodeh tuh namenye…hehe itu yang bilang saya…

btw, apa seh arti cinta sebenarnya…

Hakikat cinta menurut jaques derida seorang filsuf asal prancis adalah narsisme. Apakah narsisme itu? Ceritanya gini ya..

Dalam mitos yunani, dikenal seorang pria yang sangat tampan bernama narcissus. Ketampanannya melebihi ketampanan sahrul khan, tom cruise, bradd pit, sean connery, leonardo decaprio, keanu reaves dll),,sehingga gak hanya perempuan yang jatuh cinta kepadanya, bahkan ada beberapa dewi2…pekerjaannya setiap hari adalah hanya duduk disebuah kolam sambil mengagumi bayangan wajahnya sendiri yang tercerap diatas permukaan air. Ia melakukan aktivitas tersebut hingga akhir hayatnya.

Jadi narsisme adalah pandangan yang mencintai diri sendiri secara berlebihan. agak dramatisasi memang, namun pesan yang dapat ditangkap adalah pada hakikatnya ketika seseorang mencintai orang lain, maka sebenarnya ia sedang mencintai dirinya sendiri. Ada “sesuatu” dalam diri orang lain yang dibutuhkan oleh sang pecinta tersebut. Kata miranda risang ayu, “diciptakanlah oleh Allah kebutuhan pelengkap kita yang tidak tersedia didalam diri kita sendiri, akan tetapi hanya terdapat pada diri oranglain”. Kita dapat melihat betapa adiktifnya majnun terhadap layla dan juga sebaliknya melebihi kecanduan seorang pecandu narkoba sekalipun.

Lantas, bagaimana menempatkan ketergantungan kita pada sesuaut terhadap sang kekasih didalam kerangka proporsionalitas (keseimbangan), seperti yang dikatakan rasulullah khairu al umuuri awsaathuha, ‘sebaik-baik perkara berada pada pertengahannya?’

Ada 2 motif utama seseorang dalam mencintai (menurut teori erich fromm dalam bukunya the art of loving yaitu:

1. to have (hasrat untuk memiliki)

2. to become (hasrat untuk menjadi)

ad.1. motif pertama yaitu keinginan seseorang pecinta untuk memiliki (to have) pasangan yang dicintainya sehingga logika yang berlaku didalam alam bawah sadarnya (sub consciouss mind) adalah to conquer. Pada saat pendekatan (pedekate/belum memiliki) ia akan memakai “topeng putih” yang menutupi segala keburukan dan sisi hitam dirinya sehingga yang nampak hanyalah kebaikan2 dan kelembutannya saja. Namun ketika ia berhasil memiliki sang pujaan hati tersebut, maka sedikit demi sedikit topeng putihnya mulai tersibak, sehingga ia akan berubah 180o mjd seorang “penindas”.

Logika to conquernya telah bekerja sedemikian hebatnya didalam alam bawah sadarnya, sehingga menjadikannya sedemikian rupa. Contoh kasus, banyak terjadi kekerasan terhadap perempuan setelah mrk terikat dalam pernikahan atao bahkan kasus bunuh diri seorang pecinta karena gagal mendapatkan orang yang dicintainya..tragisss…

Ad.2. motif kedua adalah motif yang mulia dan merupakan makna cinta yang sesungguhnya. Seperti yang telah diulas sebelumnya, pada dasarnya ketika manusia sedang mencintai orang lain, maka sebenarnya dia sedang mencintai dirinya sendiri. Mengapa? Karena manusia memiliki kelebihan dan kekurangan pada dirinya sendiri. Dan untuk menjadi manusia yang paripurna (paling tidak mendekati kesejatian paripurna), ia membutuhkan eksistensi diluar dirinya yang akan menggenapkan dirinya dengan menutupi kekurangannya untuk mencapai kesempurnaan tersebut, atau dalam bahasa arab disebut dngn ‘wahdah al wujuud’ (kebersatuan dengan kesejatian wujud, yaitu Allah swt). Bukankah secara substansif bahwa cinta (cahaya) itu “satu” dan “suci” (meminjam iluminasi syihabuddin al suhrawardi) yang kemudian mengalami pendefinisian menjadi alam materi dan imateri lain didalam ranah penciptaan yang serba terbatas dan memiliki sisi “gelap?”

Orang seperti ini mencoba untuk tidak tergantung pada ‘objek’ yang dicintainya, tetapi lebih kepada substansi ‘satu cinta’ itu sendiri yang menjadikannya orang yang menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya (mencapai kesempurnaan). Output psikologisnya orang ini akan mencoba berbahagia dan berbesar hati apabila melihat orang yang dikasihinya berbahagia dalam dekapan orang lain (menikah) atao bahkan ketika soulmatenya pergi meninggalkan nya untuk selama2nya menghadap zat yang tak terdefinisikan.

Benar, meskipun hatinya sangat teriris pedih karena ia bagaimanapun hanya merupakan manusia yang memiliki unsur basyariyah (unsur materi) yang mempunyai sifat kebinatangan.

Dengan cinta ia ia menjadi (to become) orang yang jauh lebih baik dan berkualitas yang mendekatinya pada kesempurnaan yang hakiki. Seperti lagunya robbin william neh, to be a better man…

Jadi proporsionalitas cinta terjadi ketika kita mampu menempatkan pelengkap yang ada dalam diri orang lain itu (kekasih/orang yang dicintai) dalam kerangka menjadikan kita (becoming) mendekati paripurna sehingga mencapai wahdah al wujuud (persatuan dengan kesejatian wujud, yaitu Allah) dan inilah yang disebut cinta sejati.

Bingung ki…

Hehe, yang mengerti alhamdulillah..yang bingung ya gak papa…

Sumber : tulisan adi supriadi (ahmad muhammad haddad assyarkhani) dengan gubahan seperlunya n tambahan2 sendiri

1 comment:

arek bangil said...

salam kenal
saya juga pernah menceritakan tentang hakikat dari narsiss itu sendiri scr gamblang di
http://blog-narsis.blogspot.com/